London - Perdana Menteri Inggris David Cameron meradang di depan anggota parlemen. "Pembalasan baru dimulai terhadap para pelaku kerusuhan," katanya. Cameron memerintahkan aparat keamanan menyiapkan persenjataan seperti peluru karet, meriam air, hingga pengerahan tentara.
Perdana Menteri dari Partai Konservatif ini juga ancang-ancang memutus komunikasi melalui BlackBerry Messenger atau jejaring sosial seperti Twitter dan Facebook. Kabar kematian Mark Duggan yang ditembak polisi dan protes terhadap aksi itu memang menyebar cepat melalui media sosial.
Aksi protes tersebut berujung pada penjarahan dan pembakaran ratusan pertokoan dan kendaraan di London. Kerusuhan atau amuk massa bahkan menyebar ke Liverpool, Birmingham, dan beberapa kota lainnya. Untuk mengendalikan suasana, ribuan polisi diterjunkan. Sampai kemarin 1.700 orang telah ditahan di seluruh Inggris.
Seiring dengan kerusuhan tersebut, jurnal
Biological Society terbitan pekan lalu mempublikasikan hasil penelitian Universitas Cardiff yang dipimpin Boy Frederic.
Cara orang berperilaku, kata Boy, hasil dari interaksi yang kompleks antara sejumlah faktor genetik, sosial, dan lingkungan. "Kami menemukan bahwa salah satu alasan mengapa beberapa pria bertindak impulsif berhubungan dengan konsentrasi yang lebih rendah dari GABA di dalam bagian tertentu otak manusia," katanya.
GABA adalah salah satu keluarga bahan kimia di otak yang memungkinkan sinyal mengalir antara neuron. Para peneliti melakukan
scan otak dari 30 mahasiswa yang dijadikan sampel untuk mengetahui tingkat GABA.
Mereka juga diminta mengisi kuesioner untuk mengetahui aspek impulsif, suatu sifat yang dikenal untuk mempengaruhi kontrol diri. Ternyata responden dengan kadar GABA lebih tinggi di wilayah
pre-frontal otak memiliki skor rendah untuk berperilaku gegabah.
Sebaliknya pria dengan kadar GABA lebih rendah memiliki peringkat lebih tinggi untuk mendesak, bertindak agresif, minum-minuman, dan mengunakan obat-obatan terlarang.
Menurut Boy, penelitian ini menggambarkan peran fisiologi dasar otak dalam perilaku pengendalian diri. Tim peneliti menilai pelaku kerusuhan pekan lalu di Inggris memiliki kadar kimiawi di otaknya yang rendah.
Boy berharap penelitiannya membantu menjembatani kesenjangan antara studi genetik terbaru dan pencitraan gangguan kejiwaan. Riset ini juga perlu didukung penelitian tentang dimensi sosial dan lingkungan di mana terjadi amuk massa.
Sumber: tempo.co